Senin, 18 April 2011

Pemetaan Use Case (3 kasus) Sistem Informasi Psikologi


A. Anak Autisme

1. Case name                       : Andi
2. Precondition                    : Klien datang bersama keluarganya
3. Actor who initiates         : Orang tua klien 
4. Steps                                 :
Ø  Rapport
T :  Halo andi, selamat datang..
K :  Kenalkan andi, nama saya…
T  :  Andi kesini bersama siapa?
                                           Andi capek ya?
Mau minum? (memberikan minum)
Nanti disini andi main-main yah, disini
Banyak mainan, kita main bareng ya.

Ø  Menggali atau identifikasi
            Karena andi seorang anak yang autis, maka psikolog tidak mungkin terus mengajak komunikasi klien, karma seorang yang autis memiliki gangguan berkomunikasi. Maka, cara menghadapinya adalah dengan cara mengajaknya bermain, melihat tingkah lakunya, bagaimana perubahan moodnya (lebih mengamati ke perilakunya).

Ø  Memilih terapi
Menggunakan CD terapi gelombang lumba-lumba, yaitu gelombang Sonar yang dihasilkan oleh lumba-lumba direkam dan ditiru pola gelombangnya untuk diproduksi secara digital.
Telah diketahui oleh dunia medis bahwa di tubuh lumba-lumba teerkandung potensi yang bisa menyelaraskan kerja saraf motorik dan sensorik pendeerita autis. Sebab lumba-lumba mempunyai gelomba sonar (gelombang suara dengan frewkuensi tertentu) yang dapat merangsang otak manusia untuk memproduksi energi yang ada dalam tulang tengkorak, dada, dan tulang belakang pasien sehingga dapat membentuk keseimbangan antara otak kanan dan kiri. Selain itu, gelombang suara dari lumba-lumba juga dapat meningkatkan neurotransmitter.

Ø  Melakukan terapi
putar CD Terapi Anak Autis ini di ruangan atau tempat bermain anak anda. Boleh juga diputar di kamar tidur, saat anak anda sedang tidur. Anda tida perlu memaksa anak Anda untuk konsentrasi mendengarkannya. Putar saja CD ini seperti memutar musik. Meskipun anak tidak mendengarkan, otak anak tetap merespon rangsangan gelombang suara frekuensi tertentu yang keluar dari speaker. CD ini bisa diputar dengan semua perangkat elektronik yang bisa memutar mp3. Gunakan speaker stereo untuk hasil tebaik. CD Audio Brainwave Terapi Anak Autis ini sangat aman digunakan oleh siapapun, semudah mendengarkan musik.

Ø  Evaluasi
            Jika tidak berhasil, maka gangguan autis dapat memilih terapi lain, antara lain jenis-jenis terapi untuk anak autis adalah:
1) Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autistic yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang.
2) Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya

3) Terapi Sosial
dalam bidang komunikasi dan interaksi.

4) Terapi Bermain
Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik tertentu.

5) Terapi Perilaku.
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya.

5. Post condition                      :
Ø   Anamnesa
Seorang anak yang bernama andi adalah seorang anak autis,andi anak bungsu dari keluarga yang kedua orangtuanya bekerja diluar rumah. Andi dijaga oleh seorang seorang perawat dirumahnya. Andi selalu asik bermain sendiri, ia sangat aktif dan sering kali mengamuk tanpa jelas. Sangat sulit berkomunikasi dan berinteraksi dengan andi,sehingga membutuhkan kesabaran yang ektra, apalagi kedua orangtua andi tidak mempunyai banyak waktu untuk menemani andi.

6. Actor who gets benefit        : klien, terapis dan orang tua.

B. Phobia Kucing

1. Case name                       : Dwi
2. Precondition                    : Klien datang sendiri
3. Actor who initiates         : Klien sendiri
4. Steps                                 :
Ø  Rapport
P: hai, selamat siang dwi
K: siang..
P: selamat datang, apa kabarnya?
K: baik...
P: gimana tadi perjalananya?macet ya?panas ya dwi?
K: iya
P: kamu datang dengan siapa dwi?
K: Dengan ibu dan ayah..
P: hobi kamu apa?
K: aku suka banget baca novel

Ø  Menggali atau identifikasi
            Psikolog memulai pembicaraan-pembicaraan yang klien suka, misalnya dengan menanyakan hobinya. Jika hobinya membaca novel, kita pura-pura menawarkan buku novel yang berjudul kucing. Lalu melihat bagaimana reaksi klien dan seberapa jauh respon klien terhadap ketakutannya tersebut. Dan psikolog mulai membahas atau bertanya kenapa klien takut pada kucing, apa yang menyebabkan klien takut pada kucing, pengalaman-pengalaman apa saja yang mencakup ketakutannya dengan kucing, dan sejauh mana klien tidak menyukai kucing.

Ø  Memilih terapi
Terapi yang diambil adalah terapi desentisasi

Ø  Melakukan terapi
-             yaitu dengan mendekatkan pengidap phobia dengan objek yang membuatnya takut. Tapi tidak sekaligus, melainkan dengan cara bertahap dan membuatnya merasa rileks terlebih dahulu. Misalnya orang yang phobia terhadap kucing (kayak aku),
-              pertama-tama penderita diberikan stimulus berupa gambar kucing (kalo ini nggak takut) terlebih dahulu bila fase ini terlewati maka dapat dilanjutkan dengan fase berikutnya
-             dengan membunyikan suara kucing (agak merinding...suarane elek),
-          dan kemudian mulai dengan melihat kucing dari jarak jauh kurang dari 200m, kemudian mulai dekat-dekat dan mendekat,
-             selanjutnya penderita bisa mulai memegang bulu kucing
-             dan selanjutnya bisa ketahap yang lebih seperti menggendong.

Ø  Evaluasi
Bila terapi desentisasi belum berhasil, bisa menggunakan terapi flooding. Namun terapi ini lebih menantang. Misalnya pada penderita phobia kucing, nah disini awalnya penderita dimasukkan dalam ruangan tertutup, kemudian terapis memberikan satu ekor kucing didalam ruangan dan dibiarkan dalam beberapa saat, dan kemudian masuklah kucing kedua apabila penderita masih 'OK' untuk menerima kucing berikutnya, kemudian kucing ketiga...keeempat..kelima...dan seterusnya.

5. Post condition            :
Ø  Anamnesa
            Dwi adalah seorang remaja putri yang berumur 17 tahun. Dwi takut sekali dengan kucing jenis apapun itu. Tapi tingkat ketakutan dwi tidak begitu parah, dia hanya takut saat melihat kucing apalagi memegangnya. Kadang-kadang ia suka berteriak karena kaget saat melihat kucing dan bila di jahili temannya ia suka berlari-lari ketakutan.

6. Actor who gets benefit   : Klien

C. Penderita Insomnia

1. Case name                       : Seorang wanita (N/A)
2. Precondition                    : Klien datang sendiri
3. Actor who initiates         : Klien sendiri
4. Steps                                 :
Ø  Rapport
P: Selamat siang bu
K: Selamat siang
P: Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?
K: Iya, saya mengalami kesulitan tidur, kepala saya sering sakit seperti ada syaraf yang Tegang

Ø  Menggali atau identifikasi
psikolog bisa langsung membahas penyebab-penyebab yang membuatnya tidak bisa tidur, misalnya dengan bertanya bagaimana ruang lingkup keluarga, keadaan kantor, hubungannya dengan keluarga dan teman-teman bisnisnya, bertanya masalah-masalah apa saja yang sedang dihadapinya, mengapa ia mempunyai masalah itu

Ø  Memilih terapi
Terapi perilaku kognitif

Ø  Melakukan terapi
Dalam terapi ini, klien diajarkan kebiasaan tidur lebih baik dan terbebas dari asumsi kontra-produktif tentang tidur. kesalahpahaman umum dan harapan yang dapat dimodifikasi meliputi: (1) tidur harapan yang tidak realistis (misalnya, saya perlu 8 jam tidur setiap malam), (2) kesalahpahaman tentang penyebab insomnia (misalnya, saya memiliki ketidakseimbangan kimia yang menyebabkan insomnia saya) , (3) memperkuat konsekuensi insomnia (misalnya, saya tidak bisa melakukan apa-apa setelah tidur malam yang buruk), dan (4) kecemasan kinerja setelah mencoba begitu lama untuk memiliki tidur malam yang baik dengan mengendalikan proses tidur. Sejumlah penelitian telah melaporkan hasil positif dari menggabungkan pengobatan terapi kognitif perilaku dengan perlakuan seperti sebagai kontrol stimulus dan terapi relaksasi. Hypnotic obat sama efektif dalam pengobatan jangka pendek insomnia tetapi efek mereka luntur dari waktu ke waktu karena toleransi. Efek dari terapi perilaku kognitif memiliki efek berkelanjutan dan abadi untuk mengobati insomnia lama setelah terapi telah dihentikan. Penambahan obat hipnosis dengan CBT menambahkan tidak memberikan manfaat dalam insomnia. Manfaat jangka panjang dari mata CBT menunjukkan superioritas atas obat hipnotis farmakologis. Bahkan dalam jangka pendek bila dibandingkan dengan obat hipnotis jangka pendek seperti zolpidem (Ambien), CBT masih menunjukkan keunggulan yang signifikan. Dengan demikian CBT direkomendasikan sebagai pengobatan lini pertama untuk insomnia.

5. Post condition                  :
Ø  Anamnesa
Seorang wanita dewasa yang memiliki karir yang bagus, namun ia mengalami insomnia atau kesulitan tidur. Meski badan sudah berada di kasur, tapi mata tak kunjung terpejam. Kadang ia menggunakan obat tidur agar bisa cepat tidur. Ia juga orang yang mudah stress yang sehingga mengganggu ketenangan dalam pikirannya.

6. Actor who gets benefit : Klien

Tidak ada komentar:

Posting Komentar